TANGGUH DAN BERTUMBUH

Oleh: Andri Purnawan Meski kurva penularan COVID-19 gelombang kedua mulai menurun, dampak sampingannya belum mereda. Jumlah korban fisik (terinfeksi, meninggal, sembuh) secara global maupun nasional bisa dihitung. Namun korban mental dan spiritual tidak terdeteksi. Ada orang yang bertahan, dan ada yang tumbang akibat krisis multi dimensional yang timbul. Salah satu aspek penting yang membedakan kedua pihak itu adalah ketangguhan ( resilience ). Image: NaseriN | Getty Images Karakter tangguh ( resilience ) bukan hanya bawaan lahir, melainkan dibangun melalui waktu, dan pengalaman berhadapan dengan krisis. Itulah mengapa orang merespon krisis (dampak pandemi) secara berbeda. Tangguh bukan hanya kuat, namun mampu menyesuaikan diri, luwes ketika berhadapan dengan tekanan internal dan eksternal. Empat puluh tahun lalu, Norman Garmezy- Profesor Emeritus University of Minnesota – Mineapolis melakukan studi mengapa banyak anak yang diasuh orang tua schizophrenia ...