STOP COMPARING, START APPRECIATING


Tak dapat disangkal bahwa kita hidup di dunia yang penuh aktivitas pembandingan. Sebelum membeli sesuatu kita pasti membandingkannya. Mulai dari menu makanan, pilihan baju dan aksesoris, smartphone, mobil, rumah, dan semua barang lainnya.  Kita pun membanding-bandingkan kualitas sekolah/ universitas, tempat-tempat rekreasi, pasar tempat kita belanja, bahkan gereja/ tempat ibadah ataupun pasangan hidup yang terbaik buat kita. Jika direnungkan lebih jauh, aktivitas pembandingan itu selalu berdasar pada dua hal, yakni harga (price) dan nilai/ value (kualitas maupun kuantitas). 

Dengan membandingkan kita mengetahui mana yang lebih baik di antara dua atau banyak alternatif. Dengan membandingkan pada akhirnya kita akan dapat menentukan pilihan mana yang akan kita rangkul menjadi bagian dari kehidupan kita. Bisa dibayangkan betapa membosankannya hidup ini jika semua hal sama dan seragam.  Dalam hal ini perbandingan membuat hidup menjadi penuh warna dan dinamika. Dengan kata lain pembandingan bukan hanya berkat dengan hikmat dalam menentukan yang terbaik bagi kita, namun juga berhubungan dengan kesempatan bagi kita untuk membuat pilihan-pilihan yang berbeda. 

photo by :chedva.org



MANUSIA DAN KREATIVITAS ILAHI

Aktivitas membandingkan mensyaratkan adanya kesamaan tertentu atas apa yang akan kita bandingkan. Misalnya kita tak dapat membandingkan buah apel dengan paku, anjing dengan genteng, kecuali kita menemukan titik berangkat pembandingnya, yakni benda mati vs benda hidup. 

Bagaimana dengan manusia? Menurut saya dalam kaitan dengan penerimaan hidup, kita tidak perlu membuat pembandingan atas semua manusia. Mengapa? Sebab pada dasarnya semua manusia itu unik. Tuhan menciptakan manusia seturut dengan citra-Nya (Kej. 1:26), dan tentu gambar dan rupa Allah tak terbatasi oleh tipikal tertentu. Bahkan dalam falsafah Jawa Tuhan itu disebut tan kena kinaya ngapa, tidak dapat digambarkan seperti apa. Ketika kita menggambarkan Tuhan dengan gambaran tertentu, pasti gambaran tersebut tidak sempurna. Sampai-sampai ada yang mengatakan Tuhan itu ya begini, namun juga begitu, tidak begini, namun juga tidak begitu. Tahukah Anda kenapa manusia tak pernah mampu bersepakat dalam rumusan tentang Tuhan? Pertama,karena Tuhan lebih besar dari manusia. Kedua,karena pikiran tentang Tuhan sangat dipengaruhi karakter seseorang. Orang sabar akan meyakini Tuhan itu sabar,  orang perhitungan akan mengajarkan Tuhan yang membuat perhitungan, seorang materialistis percaya kebaikan Allah selalu berhubungan dengan kekayaan, kemudahan hidup, dan seterusnya. Ketiga,karakter manusia yang beragam itu sebenarnya merupakan cerminan dari kuasa dan kreativitas ilahi, yang menciptakan setiap manusia unik. Sidik jari kita, warna dan pola iris mata kita, irama degub jantung kita, dsb. semuanya berbeda. Manusia adalah karya Allah ultra limited edition.Setiap pribadi benar-benar unik. Dan saya yakin bahwa Allah  mencintai setiap pribadi dalam segala keunikannya tanpa terkecuali. (bdk. Mat. 5:43-45) 

Ketika kita melakukan pembandingan manusia, kita sedang menakar price and value  orang lain. Jelas itu adalah hal yang bertentangan dengan pendekatan Allah terhadap manusia. 

MEMBANDINGKAN ANAK-ANAK KITA

Insting pembanding kita mungkin juga kita kenakan kepada anak-anak. Untuk mengukur apakah secara fisik, mental, intelektual, prestasi anak kita normal biasanya kita melakukan pembandingan.  Kita membandingkan prestasi akademis anak kita "normal", lebih baik atau prima. Membandingkan anak dengan orang lain'benar-benar membuat stres’ dan merupakan aktivitas yang tidak berguna, namun dorongan itu sulit ditolak. Terkadang satu-satunya motivasi untuk membandingkan anak dengan anak lain adalah dengan menghasut persaingan dalam diri anak.  Perasaan ini bisa mendorong anak tampil setara dengan kemampuannya dan berprestasi. Daya saing pasti merupakan motor penggerak menuju performa. Tapi apakah ini bekerja untuk anak Anda?


Berikut adalah efek negatif membandingkan anak : 

1.     Stress(Perasaan tertekan)
Anak merasa terbebani jika dia terus-menerus dibanding-bandingkan. Tugas Anda bukan untuk menekannya agar tampil dan pada gilirannya membuat dia cemas. Duduklah dan bicarakan dengan anak Anda, jika ada sesuatu yang mengganggunya yang mempengaruhi performanya. Rancang solusi bersama.

2.     Gambar diri rusak dan tidak percaya diri:
Anak mulai percaya bahwa orang lain lebih baik dari dia dan bahwa dia tidak mampu berkinerja baik atau sesuai dengan harapan orang tua. Perasaan ini sangat merusak perkembangan pribadi dan akademik anak. Jika talenta atau prestasi anak terus diabaikan, maka dia tidak akan berusaha mengembangkan diri,  karena kita dengan jelas mendukung anak lain yang memiliki prestasi yang lebih "tepat". Misalnya anak suka menghabiskan waktu dengan melukis, Anda ingin dia jadi pemain bulu tangkis. Maka dia akan setengah hati main bulu tangkis. Akhirnya bakat melukisnya hilang, main bulu tangkisnya tidak pernah menang.

3.     Menarik diri :
Jika anak Anda secara konsisten ditertawakan atau diejek dengan perbandingan, maka dia akan mulai menghindari interaksi publik dengan Anda. Apalagi jika dia sering dibandingan dengan saudara kandungnya, sepupu, teman atau tetangga. Menjadi jelas baginya bahwa sesuatu tentang dirinya tidak dapat diterima oleh kita dan kita tidak bahagia dengannya. Orang tua bisa menjadi sumber sakit hati dan dia akan berusaha menjaga jarak. Bahkan anak merasa tidak aman dan kehilangan kepercayaan pada orang tua. Dan itu menyebabkan masalah perkembangan. Saat mereka dewasa, mereka akan mengalami perlilaku menyimpang. 

JALAN ALTERNATIF YANG LEBIH BAIK

Gunakan pendekatan apresiatif kepada anak kita. Mereka sudah kenyang dengan kritik dan persaingan di luar. Apresiasi akan membuat anak merasa dihargai dan bersemangat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Bagaimana agar apresisasi kita tidak semata-mata sebagai pujian yang justru bisa memabukkan anak-anak kita? 


a.     Tetapkan patokan dan bukannya perbandingan:
Hargai usahanya mencapai patokan itu,  bahkan ketika ia belum mampu mencapainya. Ini membangun kepercayaan diri
b.     Dorong untuk mengatasi kelemahannya: Tanyakan apakah anak Anda memerlukan bantuan dan dukunglah dia.
c.     Puji kekuatan: Apapun tugas yang dilakukan anak Anda dengan baik, hargai itu
d.     Jangan membuat harapan yang tidak realistis: Jika anak Anda ingin menjadi seorang penulis, jangan memaksanya untuk mengambil jurusan teknik. Dia mungkin cerdas, cerdas tapi kurang memiliki bakat dan minat, yang sangat merugikan kesuksesan di bidang apapun
e.     Berikan dukungan dan cinta tanpa syarat: Jika anak Anda tidak bisa mencetak gol dengan baik, jangan membuatnya merasa telah mengecewakan Anda atau membuat Anda malu. Selalu dukung anak Anda.  Ajak dia bicara, dorong dia untuk berlatih lebih dan selalu hargai  usahanya di depan umum


Ingat bahwa setiap anak itu unik, mereka memiliki tingkat kepentingan yang berbeda, kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Tuhan menitipkan mereka pada kita untuk kita kasihi dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi kita. Sebagaimana Kahlil Gibran pernah menulis…

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki ikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

Comments

Popular posts from this blog

"Transformed Nonconformist" Spirituality: An Effort to Open the Eyes of Indonesian Christian Church"

COMPARATIVE STUDY OF “PERFECT MAN” in IBN AL-ARABI and RANGGAWARSITA TASAWUF

BERTEOLOGI DI TENGAH KEMISKINAN